Makassar, Bandar Udara
Internasional Sultan Hasanuddin masih membutuhkan pendapatan dari sektor
non-aero dua kali lipat lebih banyak dari yang ada saat ini. Hal tersebut
untuk pengembangan bandara sebagai standar world class airport. "Bandara
Hasanuddin saat ini masih menuju pengakuan sebagai world class airport,” kata
General Manager PT Angkasa Pura I Rachman Syafri kemarin.
Menurut Rachman tolok ukur world class airport yang utama adalah porsi
pendapatan non-aero di atas 50 persen dari total pendapatan bandara. Namun
saat ini porsi pendapatan non-aero yang mencakup pendapatan yang tidak
berhubungan langsung dengan pesawat, seperti sewa counter, business center,
dan retail, baru mencapai 20 persen dari total pendapatan yang tercatat pada
2011 dengan nilai Rp 190 miliar.
Adapun pendapatan aero, di antaranya landing dan parking fee, mencapai porsi
80 persen. Karena itu, pada 2012, Angkasa Pura akan berupaya meningkatkan
pendapatan non-aero hingga dua kali lipat. “Kami akan meningkatkan pendapatan
sebagai tolok ukur bahwa bandara kita masuk kategori world class sebagaimana
visi kami,” ujar Syafri.
Pertumbuhan pendapatan non-aero yang tahun ini ditargetkan meningkat dua kali
lipat juga diharapkan membantu pengembangan bandara. Syafri mengatakan
Angkasa Pura kesulitan mengembangkan bandara dengan pendapatan minim
tersebut. “Jangankan untuk mengembangkan bandara, untuk perawatan saja
sulit,” katanya.
Menurut Syafri, Angkasa Pura telah melakukan studi banding di Bandar Udara
Internasional Incheon, Korea Selatan. Di sana fasilitas bandara tersedia
lengkap. Kelengkapan fasilitas dan pusat bisnis serta leisure dianggap
menambah penghasilan bandara.
Rencananya tahun ini Angkasa Pura akan membangun airport hotel dengan 32
kamar di area seluas 1.800 meter persegi. Hotel yang akan dibangun atas kerja
sama dengan Accord International tersebut disiapkan dengan investasi Rp 30
miliar. Selain itu, tempat istirahat berupa taman yang akan menghabiskan dana
Rp 200 juta akan dibangun. “Konsepnya, kami akan membuat staging area dan
restoran terapung di sana,” ujar Syafri.
Upaya meningkatkan pendapatan juga dilakukan dengan membuka retail baru
dengan International Chain, seperti Pizza Hut, McDonald, dan AW. Ke depan,
Bandara Sultan Hasanuddin akan dikembangkan dengan konsep airport city, yang
di dalamnya terdapat business center, hotel, rumah sakit, theme park,
leisure, dan mal. Sementara itu, bisnis retail yang sudah ada sekarang, di
antaranya penjualan handicraft, menurut Syafri, akan tetap dipertahankan.
“Sebab, handicraft itu kan kearifan lokal. Jadi harus tetap ada dan semakin
dikembangkan,” kata dia. (sukmawati)
|
Jumat, 25 Mei 2012
Bandara Hasanuddin Kejar Standar Dunia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar