Kota Makassar merupakan
salah satu kota metropolitan yang berada di provinsi Sulawesi Selatan. Nama
Makassar yang disematkan pada kota ini bukan hanya sekedar nama, sejarah yang
panjang di masa lampau membuat nama "Makassar" ini sakral untuk
digunakan kepada kota dengan julukan kota Anging Mammiri ini. Maka dari itu
sekarang saya mengajak anda untuk menjelajah sejarah
asal usul nama Makassar pada kota Makassar.
Tiga hari berturut-turut Baginda Raja Tallo ke-VI Mangkubumi Kerajaan Gowa, I Mallingkaang Daeng Mannyonri KaraEng Katangka yang merangkap Tuma'bicara Butta ri Gowa (lahir tahun 1573), bermimpi melihat cahaya bersinar yang muncul dari Tallo. Cahaya kemilau nan indah itu memancar keseluruh Butta Gowa lalu ke negeri sahabat lainnya.
Bersamaan di malam ketiga itu, yakni malam Jum'at tanggal 9 Jumadil Awal 1014 H atau tanggal 22 September 1605 M. (Darwa rasyid MS., Peristiwa Tahun-tahun Bersejarah Sulawesi Selatan dari Abad ke XIV s/d XIX, hal.36), di bibir pantai Tallo merapat sebuah perahu kecil. Layarnya terbuat dari sorban, berkibar kencang. Nampak sesosok lelaki menambatkan perahunya lalu melakukan gerakan-gerakan aneh. Lelaki itu ternyata melakukan sholat.
Cahaya yang terpancar dari tubuh Ielaki itu menjadikan pemandangan yang menggemparkan penduduk Tallo, yang sontak ramai membicarakannya hingga sampai ke telinga Baginda KaraEng Katangka. Di pagi buta itu, Baginda bergegas ke pantai. Tapi tiba-tiba lelaki itu sudah muncul ‘menghadang’ di gerbang istana. Berjubah putih dengan sorban berwarna hijau. Wajahnya teduh. Seluruh tubuhnya memancarkan cahaya.
Lelaki itu menjabat tangan Baginda Raja yang tengah kaku lantaran takjub. Digenggamnya tangan itu lalu menulis kalimat di telapak tangan Baginda "Perlihatkan tulisan ini pada lelaki yang sebentar lagi datang merapat di pantai,” perintah lelaki itu lalu menghilang begitu saja. Baginda terperanjat. la meraba-raba matanya untuk memastikan ia tidak sedang bermimpi. Dilihatnya telapak tangannya tulisan itu ternyata jelas adanya. Baginda KaraEng Katangka lalu bergegas ke pantai. Betul saja, seorang lelaki tampak tengah menambat perahu, dan menyambut kedatangan beliau.
Singkat cerita, Baginda menceritakan pengalamannya tadi dan menunjukkan tulisan di telapak tangannya pada lelaki itu. “Berbahagialah Baginda. Tulisan ini adalah dua kalimat syahadat,” kata lelaki itu. Adapun lelaki yang menuliskannya adalah Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam sendiri. Baginda Nabi telah menampakkan diri di Negeri Baginda.
Peristiwa ini dipercaya sebagai jejak sejarah asal-usul nama "Makassar", yakni diambil dari nama "Akkasaraki Nabbiya", artinya Nabi menampakkan diri. Adapun lelaki yang mendarat di pantai Tallo itu adalah Abdul Ma'mur Khatib Tunggal yang dikenal sebagai Dato' ri Bandang, berasal dari Kota Tengah (Minangkabau, Sumatera Barat).
Baginda Raja Tallo I Mallingkaang Daeng Manyonri KaraEng Katangka setelah memeluk Agama Islam kemudian bergelar Sultan Abdullah Awaluddin Awawul Islam Karaeng Tallo Tumenanga ri Agamana. Beliau adalah Raja pertama yang memeluk agama Islam di dataran Sulawesi Selatan.
Lebih jauh, penyusuran asal nama "Makassar" dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
1. Makna. Untuk menjadi manusia sempurna perlu "Ampakasaraki", yaitu menjelmakan (menjasmanikan) apa yang terkandung dalam bathin itu diwujudkan dengan perbuatan. "Mangkasarak" mewujudkan dirinya sebagai manusia sempurna dengan ajaran TAO atau TAU (ilmu keyakinan bathin). Bukan seperti yang dipahami sebagian orang bahwa "Mangkasarak" orang kasar yang mudah tersinggung. Sebenarnya orang yang mudah tersinggung itu adalah orang yang halus perasaannya.
2. Sejarah. Sumber-sumber Portugis pada permulaan abad ke-16 telah mencatat nama "Makassar". Abad ke-16 "Makassar” sudah menjadi ibu kota Kerajaan Gowa. Dan pada Abad itu pula, Makassar sebagai ibu kota sudah dikenal oleh bangsa asing. Bahkan dalam syair ke-14 Nagarakertagama karangan Prapanca (1365) nama Makassar telah tercantum.
3. Bahasa. Dari segi Etimologi (Daeng Ngewa, 1972:1-2), Makassar berasal dati kata "Mangkasarak" yang terdiri atas dua morfem ikat "mang" dan morfem bebas "kasarak". Morfem ikat "mang" mengandung arti: a). Memiliki sifat seperti yang terkandung dalam kata dasarnya. b). Menjadi atau menjelmakan diri seperti yang dinyatakan oleh kata dasarnya. Morfem bebas "kasarak" mengandung (arti: a). Terang, nyata, jelas, tegas. b). Nampak dari penjelasan. c). Besar (lawan kecil atau halus).
Jadi, kata "Mangkasarak" Mengandung arti memiliki sifat besar (mulia) dan berterus terang (Jujur). Sebagai nama, orang yang memiliki sifat atau karakter "Mangkasarak" berarti orang tersebut besar (mulia), berterus terang (Jujur). Sebagaimana di bibir begitu pula di hati.
John A.F. Schut dalam buku "De Volken van Nederlandsch lndie" jilid I yang beracara : De Makassaren en Boegineezen, menyatakan: "Angkuh bagaikan gunung-gunungnya, megah bagaikan alamnya, yang sungaisungainya di daerah-daerah nan tinggi mengalir cepat, garang tak tertundukkan, terutama pada musim hujan; air-air terjun tertumpah mendidih, membusa, bergelora, kerap menyala hingga amarah yang tak memandang apa-apa dan siapa-siapa. Tetapi sebagaimana juga sungai, gunung nan garang berakhir tenang semakin ia mendekati pantai. Demikian pulalah orang Bugis dan Makassar, dalam ketenangan dapat menerima apa yang baik dan indah".
Dalam ungkapan "Akkana Mangkasarak", maksudnya berkata terus terang, meski pahit, dengan penuh keberanian dan rasa tanggung jawab. Dengan kata "Mangkasarak" ini dapatlah dikenal bahwa kalau dia diperlakukan baik, ia lebih baik. Kalau diperlakukan dengan halus, dia lebih halus, dan kalau dia dihormati, maka dia akan lebih hormat.
Tiga hari berturut-turut Baginda Raja Tallo ke-VI Mangkubumi Kerajaan Gowa, I Mallingkaang Daeng Mannyonri KaraEng Katangka yang merangkap Tuma'bicara Butta ri Gowa (lahir tahun 1573), bermimpi melihat cahaya bersinar yang muncul dari Tallo. Cahaya kemilau nan indah itu memancar keseluruh Butta Gowa lalu ke negeri sahabat lainnya.
Bersamaan di malam ketiga itu, yakni malam Jum'at tanggal 9 Jumadil Awal 1014 H atau tanggal 22 September 1605 M. (Darwa rasyid MS., Peristiwa Tahun-tahun Bersejarah Sulawesi Selatan dari Abad ke XIV s/d XIX, hal.36), di bibir pantai Tallo merapat sebuah perahu kecil. Layarnya terbuat dari sorban, berkibar kencang. Nampak sesosok lelaki menambatkan perahunya lalu melakukan gerakan-gerakan aneh. Lelaki itu ternyata melakukan sholat.
Cahaya yang terpancar dari tubuh Ielaki itu menjadikan pemandangan yang menggemparkan penduduk Tallo, yang sontak ramai membicarakannya hingga sampai ke telinga Baginda KaraEng Katangka. Di pagi buta itu, Baginda bergegas ke pantai. Tapi tiba-tiba lelaki itu sudah muncul ‘menghadang’ di gerbang istana. Berjubah putih dengan sorban berwarna hijau. Wajahnya teduh. Seluruh tubuhnya memancarkan cahaya.
Lelaki itu menjabat tangan Baginda Raja yang tengah kaku lantaran takjub. Digenggamnya tangan itu lalu menulis kalimat di telapak tangan Baginda "Perlihatkan tulisan ini pada lelaki yang sebentar lagi datang merapat di pantai,” perintah lelaki itu lalu menghilang begitu saja. Baginda terperanjat. la meraba-raba matanya untuk memastikan ia tidak sedang bermimpi. Dilihatnya telapak tangannya tulisan itu ternyata jelas adanya. Baginda KaraEng Katangka lalu bergegas ke pantai. Betul saja, seorang lelaki tampak tengah menambat perahu, dan menyambut kedatangan beliau.
Singkat cerita, Baginda menceritakan pengalamannya tadi dan menunjukkan tulisan di telapak tangannya pada lelaki itu. “Berbahagialah Baginda. Tulisan ini adalah dua kalimat syahadat,” kata lelaki itu. Adapun lelaki yang menuliskannya adalah Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassallam sendiri. Baginda Nabi telah menampakkan diri di Negeri Baginda.
Peristiwa ini dipercaya sebagai jejak sejarah asal-usul nama "Makassar", yakni diambil dari nama "Akkasaraki Nabbiya", artinya Nabi menampakkan diri. Adapun lelaki yang mendarat di pantai Tallo itu adalah Abdul Ma'mur Khatib Tunggal yang dikenal sebagai Dato' ri Bandang, berasal dari Kota Tengah (Minangkabau, Sumatera Barat).
Baginda Raja Tallo I Mallingkaang Daeng Manyonri KaraEng Katangka setelah memeluk Agama Islam kemudian bergelar Sultan Abdullah Awaluddin Awawul Islam Karaeng Tallo Tumenanga ri Agamana. Beliau adalah Raja pertama yang memeluk agama Islam di dataran Sulawesi Selatan.
Lebih jauh, penyusuran asal nama "Makassar" dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
1. Makna. Untuk menjadi manusia sempurna perlu "Ampakasaraki", yaitu menjelmakan (menjasmanikan) apa yang terkandung dalam bathin itu diwujudkan dengan perbuatan. "Mangkasarak" mewujudkan dirinya sebagai manusia sempurna dengan ajaran TAO atau TAU (ilmu keyakinan bathin). Bukan seperti yang dipahami sebagian orang bahwa "Mangkasarak" orang kasar yang mudah tersinggung. Sebenarnya orang yang mudah tersinggung itu adalah orang yang halus perasaannya.
2. Sejarah. Sumber-sumber Portugis pada permulaan abad ke-16 telah mencatat nama "Makassar". Abad ke-16 "Makassar” sudah menjadi ibu kota Kerajaan Gowa. Dan pada Abad itu pula, Makassar sebagai ibu kota sudah dikenal oleh bangsa asing. Bahkan dalam syair ke-14 Nagarakertagama karangan Prapanca (1365) nama Makassar telah tercantum.
3. Bahasa. Dari segi Etimologi (Daeng Ngewa, 1972:1-2), Makassar berasal dati kata "Mangkasarak" yang terdiri atas dua morfem ikat "mang" dan morfem bebas "kasarak". Morfem ikat "mang" mengandung arti: a). Memiliki sifat seperti yang terkandung dalam kata dasarnya. b). Menjadi atau menjelmakan diri seperti yang dinyatakan oleh kata dasarnya. Morfem bebas "kasarak" mengandung (arti: a). Terang, nyata, jelas, tegas. b). Nampak dari penjelasan. c). Besar (lawan kecil atau halus).
Jadi, kata "Mangkasarak" Mengandung arti memiliki sifat besar (mulia) dan berterus terang (Jujur). Sebagai nama, orang yang memiliki sifat atau karakter "Mangkasarak" berarti orang tersebut besar (mulia), berterus terang (Jujur). Sebagaimana di bibir begitu pula di hati.
John A.F. Schut dalam buku "De Volken van Nederlandsch lndie" jilid I yang beracara : De Makassaren en Boegineezen, menyatakan: "Angkuh bagaikan gunung-gunungnya, megah bagaikan alamnya, yang sungaisungainya di daerah-daerah nan tinggi mengalir cepat, garang tak tertundukkan, terutama pada musim hujan; air-air terjun tertumpah mendidih, membusa, bergelora, kerap menyala hingga amarah yang tak memandang apa-apa dan siapa-siapa. Tetapi sebagaimana juga sungai, gunung nan garang berakhir tenang semakin ia mendekati pantai. Demikian pulalah orang Bugis dan Makassar, dalam ketenangan dapat menerima apa yang baik dan indah".
Dalam ungkapan "Akkana Mangkasarak", maksudnya berkata terus terang, meski pahit, dengan penuh keberanian dan rasa tanggung jawab. Dengan kata "Mangkasarak" ini dapatlah dikenal bahwa kalau dia diperlakukan baik, ia lebih baik. Kalau diperlakukan dengan halus, dia lebih halus, dan kalau dia dihormati, maka dia akan lebih hormat.
A.
Pemerintahan
·
Walikota
Hindia-Belanda
- J.E.
Dambrink (1918-1927)
- J.H.
de Groot (1927-1931)
- G.H.J.
Beikenkamp (1931-1932)
- F.C.
van Lier (1932-1933)
- Ch.H.
ter Laag (1933-1934)
- J.
Leewis (1934-1936)
- H.F.
Brune (1936-1942)
Jepang
- Yamasaki
(1942-1945)
NICA
- H.F.
Brune (1945)
- D.M.
van Swieten (1945-1946)
RIS
- J.M.
Qaimuddin (1950-1951)
- J.
Mewengkang (1951)
RI
- Sampara
Daeng Lili (1951-1952)
- Achmad
Dara Syachruddin (1952-1957)
- Mohammad
Junus Daeng Mile (1957-1959)
- Latif
Daeng Massikki (1959-1962)
- H.
Arupala (1962-1965)
- Kol.
H. Muhammad Daeng Patompo (1962-1976)
- Kol.
Abustam (1976-1982)
- Kol.
Jancy Raib (1982-1988)
- Kol.
Suwahyo (1988-1993)
- H.A.
Malik B. Masry, SE, MSi (1994-1999)
- Drs.
H.B. Amiruddin Maula, SH, MSi (1999-2004)
- Ir.
H. Ilham Arief Sirajuddin, MM (2004-2008)
- Ir.
H. Andi Herry Iskandar, MSi (2008-2009)
- Ir.
H. Ilham Arief Sirajuddin, MM (2008-2013)
B.
Transportasi
·
Laut
pelabuhan Makassar (1883-1889)
Pelabuhan
Soekarno-Hatta Makassar Di Makassar, Soekarno-Hatta menjadi nama pelabuhan,
khususnya pelabuhan untuk kapal penumpang dan terminal penumpang. Pelabuhan ini
dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia IV (Pelindo IV)
Di
area pelabuhan penumpang ini terdapat Masjid Babussalam. Mesjid ini diresmikan
Presiden Megawati, berbarengan dengan peresmian Terminal Petikemas Makassar,
pada 21 Juli 2001. Sementara di kawasan ujung utara pelabuhan, atau ujung jalan
Nusantara, terdapat awal Jalan Tol Reformasi (tol lingkar Makassar) yang
menghubungkan kawasan pelabuhan dengan pusat kota. Jalan tol yang hanya
sepanjang 3,1 km ini dikelola oleh PT Nusantara Infrastructure Tbk. Perusahaan
milik Bosowa Group ini juga jadi pengelola jalan tol Bintaro-Bumi Serpong Damai
(Jakarta/Tangerang).
·
Udara
Kota
Makassar mempunyai sebuah bandara internasional, Bandar
Udara Internasional Sultan Hasanuddin
yang pada tanggal 26 September 2008 diresmikan oleh Presiden RI Jend. TNI (Purn.)
Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
yang menandakan mulai pada saat itu Bandar
Udara Internasional Sultan Hasanuddin
beroperasi secara penuh dimana sebelumnya telah beroperasi tetapi hanya
sebagian. Bandara Hasanuddin juga memiliki taksi khusus Bandara dengan harga
yang bervariasi sesuai dengan region
dari daerah yang dituju serta shuttle
bus khusus yang melayani jalur dari dan ke bandara baru. Pada tahun 2009
diharapkan runway yang baru
telah rampung dan bisa digunakan.
·
Darat
- Pete-pete
- Bus
- Taksi
- Becak
- Ojek
- Busway
(2012)
- Monorail
(Segera - 2014)
Makassar
terkenal dengan angkutan tradisional becak. Jumlahnya sendiri mencapai 1.500
unit. Pemerintah setempat memberlakukan becak untuk pariwisata dan khusus
beroperasi di sekitar kawasan wisata saja. Tarifnya tergantung kesepakatan
dengan pendayung.
·
Kota
Pengembangan
C. Tujuan wisata
Pantai Losari
Makassar modern memiliki banyak
tempat wisata yang digunakan untuk keperluan hiburan masyarakat Makassar maupun
bagi wisatawan yang berasal dari kota maupun negara lain. Beberapa diantaranya
yang paling digemari maayarakat makassar adalah :- Pantai Losari
- Fort Rotterdam
- Pantai Akarena
- Pulau Laelae
- Pulau Khayangan
- Pulau Samalona
- Benteng Sombaopu
- Pantai
Barombong
- Makam Raja-Raja Tallo
- Makam Sjekh Jusuf (Gowa)
- Pelabuhan
Paotere
- Taman Makam Pahlawan
- Trans Studio (Indoor Theme Park terbesar di
dunia)
- Bantimurung, (Kabupaten Maros)
- Malino, (Kabupaten Gowa)
D. Tokoh-tokoh dari Makassar
- Prof. Andi
Abdul Muis
- Prof.
Ahmad Amiruddin
- Drs. H. Muhammad Rum Nessa, SH,
MH
- Prof. Dr.H. Nasaruddin Umar, MA
- Prof. DR. Hj. Musda Mulia, MA
- Abdul Hadi Djamal
- Jend.
M. Yusuf
- Jend.
Andi Mattalata
- Mayjend.
Syamsul Mappareppa, S.ip
- Brigjen. H. Andi Oddang
- Letjen. Andi M. Galib
- Andi Sose
- Manai Sophiaan
- Letjend Mohammad Yasin
- Sophan Sophiaan
- Syahrul Yasin Limpo
- Amin Syam
- Ilham Arief Sirajuddin
- Supomo Guntur
- Jacobus Kamarlo Mayong Padang
- Christina Rantetana
- J.S. Pongsibidang
- Andi Lolo
- Muh. Narsil
- Gotfried Coenraad Ernst van Daalen
- Drs.Aminulah Tampiodong
Mokobombang
- Remy Sylado
- Jan Rot
- Jan Engelbert van Bevervoorde
- Andi Jamaro Dulung
- Ahmad Lamo
- Edgar Vos
- Gerard Theo Bakker
- Harifin A.
Tumpa
E.
Perguruan tinggi
- Universitas Patria Artha
- Universitas Pepabri Makassar
- Universitas 45 Makassar
- Universitas Hasanuddin
- Universitas Atma Jaya Makassar
- Universitas Muslim Indonesia
- Universitas Negeri Makassar
- Universitas Islam Negeri
Alauddin
- Universitas Islam Makassar
- Universitas Muhammadiyah Makassar
- Politeknik Kesehatan Makassar
- Politeknik Negeri Makassar
- Universitas Kristen Indonesia Paulus
- Universitas Veteran Republik
Indonesia
- Universitas Muhammadiyah
- Unversitas Satria Makassar
- Universitas Pancasakti
- Universitas Sawerigading
- Universitas Indonesia Timur
- Universitas Fajar Makassar
- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIK) Tamalatea
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia Makassar
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (
STIEM Bongaya ) Makassar
- Sekolah Tinggi Informatika dan
Multimedia Nusa Palapa
- Sekolah Tinggi Manajemen dan
Informatika Komputer Kharisma Makassar
- Sekolah Tinggi Manajemen dan
Informatika Komputer Dipanegara
- Sekolah Tinggi Manajemen dan
Informatika Handayani
- Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
Nitro
- Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
Yappi Makassar
- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Stella Maris Makassar
- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Tamalatea
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tri
Dharma
- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Panakkukang
- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nani Handayani
- Akademi Keperawatan Sandi Karsa
- Akademi Ilmu Gizi Daya Makassar
F.
Klub olahraga
- MU (Makassar United)
- PSM Makassar
G.
Fasilitas kota
- Celebes Convention Centre
- Bandar Udara Internasional
Sultan Hasanuddin
- Lapangan Karebosi
- Pelabuhan Soekarno-Hatta
- Gereja Kathedral
- Gereja GPIB Immanuel
- Masjid Al-Markaz Al-Islami
- Masjid Raya
- Kelenteng Kwan Kong
- Trans Studio
H.
Pusat perbelanjaan
- Mal Panakkukang
- Mal GTC (Global Trade Center)
- Mal Ratu Indah
- MTC Karebosi
- Makassar Mall
- Karebosi Link
- Makassar Town Square
- Trans Studio
Mall
- Panakkukang Square
- Pasar Segar Panakukkang
I.
Makanan khas
Makanan khas daerah beruppa sop berkuah dengan bahan – bahan
dasar yang terdiri dari usus, hati, otak, daging sapi atau kuda, dimasak dengan bumbu sereh, laos
ketumbar, jintan, bawang merah, bawang
putih, garam, yang sudah dihaluskan, daun salam, jeruk nipis, kacang.Pada
umumnya Coto Makassar disajikan/dimakan bersama ketupat.Nikmati makanan ini
disekitar jalan Gagak.
- Sop Konro
Makanan khas daerah yang disajikan berupa sop berkuah maupun
dibakar dengan bahan – bahan dasar seperti tulang rusuk sapi atau kerbau,
dimasak/dibakar dengan bumbu ketumbar, jintan, sereh, kaloa, bawang merah,
bawang putih, garam.vitsin, yang sudah dihaluskan. Sop Konro pada umumnya
disajikan/dimakan bersama nasi putih dan sambal. Nikmati makanan ini disekitar
Karebosi dan Jalan Ratulangi.
Kupurung
Walaupun bukan asli khas Kota Makassar, Aslinya darai Luwu.
Makanan ini bias anda nikmati di Kota Makassar sekitar jalan Rajawali II. Bagi
penikmatnya, makan kapurung dianggap memiliki seni tersendiri dan sensasi yang
luar biasa. Anda harus mencobanya.
Kue
Kue
Makanan Khas daerah yang terbuat dari pisang kapok ysng
mengkal, dibakar dan dipipihkan. Pisang epe’ disajikan dengan kuah air gula
merah yang biasanya telah dicampur dengan durian atau nangka yang aromanya
dapat membangkit selera.
- Es Pallu Butung
Terbuat dari pisang yang
sudah dipotong – potong dimasak dengan santan yang diberi tepung terigu, gula
pasir, vanili, serta sedikit garam dan disajikan dengan es serut dan sirup merah.
- Es Pisang Hijau
Terbuat dari pisang
raja, dibungkus dengan tepung terigu yang sudah diberi santan dan air daun
pandan sebagai pewarna dan pengharum sehingga bewarna hijau, disajikan dengan
saus yang diberi es dan sirop.
- Barongko
Barongko adalah makanan
penutup khas daerah Bugis-Makassar yang dibuat dari buah Pisang Kepok Matang
yang dikukus dengan daun pisang. Dahulu pada masa Pemerintah Kerajaan di
Sulawesi Selatan, Barongko merupakan makanan menutup yang mewah dan hanya
disajikan untuk Raja – raja, dan disajikan pada moment – moment tertentu,
seperti acara perkawinan, ulang tahun, dan lain – lain. Untuk menambah cita
rasa da selera, bahan dasar Barongko biasanya ditambah dengan irisan buah Nangka atau Kelapa muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar